Karimun, Zonamu.com – Setiap Memasuki tahun ajaran baru, persoalan sulitnya orang tua memasukkan anak ke Sekolah Menengah Atas (SMA) sering kali muncul ke publik.
Apalagi dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 terbaru saat ini diterapkan Sistem Domisili (penganti Sistem Zonasi), yang mana kebijakannya masih sama yakni penerimaan siswa baru berdasarkan jarak tempat tinggal calon murid dengan sekolah tujuan.
Salah satu orang tua siswa, Aida sempat mengeluhkan kesulitan untuk memasukkan anaknya ke SMA yang diinginkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Anak saya tidak bisa masuk SMA yang dia inginkan lantaran sudah penuh, saya sempat bingung mau masukkan anak ke SMA mana, hingga kami sampai meminta bantuan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Mendapati hal tersebut, Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Karimun Sulfanow Putra meminta Bupati Karimun Iskandarsyah berkordinasi ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau (Kepri) terkait persoalan tersebut.
“Ini setiap tahun sering dikeluhkan oleh orang tua siswa ke teman-teman di DPRD Karimun. Bupati Karimun hendaknya segera berkordinasi ke Pemprov Kepri untuk membangun gedung SMA baru,” ucapnya.
Putra mengatakan, sebelumnya Komisi 1 DPRD Karimun pernah mengadakan hearing bersama UPT Dinas Pendidikan Provinsi Kepri di Karimun terkait kerjasama pembangunan gedung SMA Baru.
“Intinya mereka pernah menyatakan siap untuk bekerjasama membangun gedung SMA baru khususnya di Kecamatan Karimun. Kita cukup mencarikan lahan dan Pemprov Kepri yang akan membangunnya,” kata Putra.
Komisi 1 DPRD Karimun, lanjut Putra, pernah mengusulkan ke Pemkab Karimun 2 titik lokasi yang memungkinkan di bangun gedung SMA baru yakni di Gedung Lokal SMA 1 lama Jl.Trikora dan di lokasi bekas pabrik es karya mina ri Teluk Air.
“Tapi sampai saat ini belum ada respon lanjutan, bahkan informasi yang kami dapat, di 2 titik itu mau di bangun tempat parkir dan gedung Polsek Balai,” ungkapnya.
Putra berharap, Bupati Karimun dapat mengakomodir dan mendahulukan kebutuhan yang benar-benar menjadi keluhan masyarakat.
“Yang kami lihat, di SMA N 1 Karimun, setiap tahun 1 kelas itu total siswanya sampai 44 orang, sementara idealnya 1 kelas itu 30-34 siswa saja, ini sudah over, kita harus perhatikan juga kualitas dan kenyamanan kegiatan belajar dan mengajar para siswa ini,” pungkasnya mengakhiri.
Penulis : Nichita