Lingga, Zonamu.com – Riuh suara kapal dan denting alat berat di jeti Desa Tanjung Irat, Kecamatan Singkep Barat, tiba-tiba terhenti pada hari itu. Di bawah langit mendung, bukan hanya angin yang bertiup kencang, tapi juga emosi yang tak terbendung.
Dalam sekejap, jeti yang biasa menjadi saksi aktivitas tambang berubah menjadi lokasi insiden kekerasan yang kini ditangani oleh Polres Lingga.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Seorang pria berinisial AC dilaporkan memukul dua orang dari PT. KRAP NH dan HN. Keduanya datang bersama lima rekan lain untuk menyampaikan permintaan penghentian sementara aktivitas loading yang sedang dilakukan oleh PT. Hermina Jaya.
Apa yang bermula dari sebuah pertemuan untuk menyampaikan protes, berubah menjadi pertikaian. Adu mulut tak terelakkan. Di tengah suasana yang memanas, AC tak mampu menahan emosinya. Dua pukulan mendarat. Dan sejak itu, kasus ini menjadi perhatian.
“Informasi yang kami terima, ada dua orang yang menjadi korban pemukulan, bukan hanya satu,” kata Kapolres Lingga, AKBP Pahala M. Nababan, Rabu (7/5/2025).
Penyelidikan pun kini bergulir. Polres Lingga tengah menanti kehadiran tujuh saksi mata yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung. Kehadiran mereka sangat penting untuk mengurai simpul kejadian yang masih kabur.
“Jika pemeriksaan terhadap para saksi telah dilakukan dan bukti serta barang bukti terkumpul, maka penanganan kasus ini akan terus kami proses sesuai hukum yang berlaku,” ujar Pahala.
Namun persoalan di balik kejadian ini lebih dari sekadar pemukulan. Ini adalah potret kecil dari kisruh yang lebih besar: perselisihan antara dua perusahaan tambang yang beroperasi di satu lokasi dengan kepentingan yang saling bersinggungan.
Warga di sekitar lokasi menyebut bahwa jeti tersebut selama ini digunakan PT. Hermina Jaya. Namun, PT. KRAP yang merupakan subkontraktor merasa aktivitas tersebut perlu dihentikan karena adanya persoalan teknis dan izin.
Sayangnya, dialog tak terjadi. Yang muncul justru tindakan yang melukai.
Kini, AC menanti proses hukum yang sedang berjalan. Sementara dua korban menjalani pemulihan, tidak hanya fisik, tetapi juga harga diri yang tercabik oleh kekerasan di tempat kerja.
Jeti itu tetap berdiri kokoh menghadap laut. Tapi sejak hari itu, ia juga menyimpan kisah tentang ketegangan, kepentingan, dan satu keputusan yang mengubah segalanya.(*)